Website ini menyediakan informasi data alamat dan nomor telepon perusahaan di Indonesia

Apa Itu Body Dysmorphic Disorder? Selalu Tidak Puas dengan Penampilan



Apa Itu Body Dysmorphic Disorder?

Body Dysmorphic Disorder atau disingkat BDD adalah gangguan kesehatan mental di mana seseorang terobsesi dengan kekurangan pada penampilannya. Kekurangan ini mungkin tampak sepele atau bahkan nggak kelihatan sama sekali oleh orang lain, tapi bagi pengidap BDD, kekurangan tersebut bisa bikin mereka super cemas, malu, dan menghindari situasi sosial.

Orang dengan BDD sering banget fokus sama penampilannya, bahkan sampai berkaca atau dandan berjam-jam setiap hari. Walaupun merasa udah memperbaiki kekurangan tersebut, kecemasan seringkali datang lagi, dan mereka terus mencari cara untuk “memperbaiki” diri.


Penyebab Body Dysmorphic Disorder

Sampai sekarang, para ahli belum tahu pasti apa penyebab BDD. Tapi, ada beberapa faktor yang diduga berperan, seperti:

  • Genetik: BDD lebih sering terjadi pada mereka yang keluarganya juga memiliki riwayat gangguan ini. Namun, apakah ini murni karena faktor genetik atau juga karena lingkungan dan pola asuh, masih jadi tanda tanya.
  • Kelainan Struktur Otak: Gangguan pada struktur atau senyawa kimia di otak juga bisa jadi pemicunya.
  • Lingkungan: Pengalaman buruk seperti body shaming, trauma, atau penilaian negatif dari orang lain terhadap penampilan juga bisa memicu BDD.


Faktor Risiko Body Dysmorphic Disorder

BDD biasanya mulai muncul di usia remaja dan bisa menyerang siapa saja. Berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko BDD:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan serupa atau gangguan obsesif-kompulsif.
  • Pernah mengalami pengalaman hidup negatif, seperti bullying, penelantaran, atau pelecehan.
  • Memiliki sifat perfeksionis atau terlalu fokus pada penampilan.
  • Tekanan sosial atau ekspektasi kecantikan yang terlalu tinggi.
  • Mengalami gangguan mental lain, seperti kecemasan atau depresi.


Gejala Body Dysmorphic Disorder

Beberapa gejala umum BDD meliputi:

  • Sangat terobsesi dengan kekurangan penampilan yang tidak terlihat oleh orang lain atau sangat kecil.
  • Yakin bahwa kekurangan tersebut membuat dirinya jelek atau tidak menarik.
  • Berusaha keras untuk menyembunyikan kekurangan tersebut, misalnya dengan berdandan atau memakai pakaian tertentu.
  • Sering membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain.
  • Mencari kepastian dari orang lain tentang penampilannya.
  • Menghindari situasi sosial.

Orang dengan BDD sering fokus pada bagian tubuh tertentu, dan bagian yang difokuskan bisa berubah seiring waktu. Beberapa area yang paling umum menjadi perhatian mereka antara lain wajah, rambut, kulit, dan bagian tubuh lainnya seperti payudara atau otot.


Diagnosis Body Dysmorphic Disorder

Diagnosis BDD biasanya melibatkan beberapa langkah berikut:

  • Wawancara Klinis: Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang perasaan, pikiran, dan perilaku terkait penampilan fisik.
  • Kriteria Diagnostik: Berdasarkan kriteria yang ada dalam DSM-5, dokter akan menentukan apakah pasien mengalami BDD.
  • Riwayat Kesehatan: Mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan mental dan medis untuk melihat apakah ada gangguan lain yang terkait.
  • Pemeriksaan Fisik: Untuk mengesampingkan kemungkinan penyakit lain yang gejalanya mirip BDD.
  • Kerja Sama Tim Kesehatan: Diagnosis sering melibatkan kolaborasi antara profesional kesehatan mental dan dokter lainnya untuk memastikan diagnosis yang akurat.


Pengobatan Body Dysmorphic Disorder

Pengobatan BDD umumnya melibatkan kombinasi terapi dan perubahan gaya hidup. Berikut beberapa metode yang sering digunakan:

  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Fokus pada membantu pengidap mengenali dan mengubah pola pikir negatif tentang penampilan serta mengurangi perilaku obsesif.
  • Obat-obatan: Beberapa jenis obat dapat membantu mengendalikan gejala BDD, meskipun tidak ada obat khusus yang disetujui FDA untuk gangguan ini.
  • Rawat Inap: Dalam kasus yang parah, rawat inap di rumah sakit mungkin diperlukan untuk menjaga keselamatan pengidap.


Perubahan Gaya Hidup

Selain pengobatan dari profesional, pengidap BDD juga dapat melakukan beberapa hal untuk membantu proses penyembuhan, seperti:

  • Patuh pada Rencana Perawatan: Jangan melewatkan sesi terapi atau berhenti minum obat meski sudah merasa lebih baik.
  • Belajar tentang BDD: Edukasi diri tentang gangguan ini bisa membantu pengidap untuk lebih memahami kondisi yang dialami.
  • Perhatikan Tanda Bahaya: Bekerja sama dengan dokter atau terapis untuk mengenali pemicu gejala dan membuat rencana jika gejala muncul kembali.
  • Hindari Alkohol dan Narkoba: Zat-zat ini dapat memperburuk gejala atau berinteraksi negatif dengan obat yang sedang dikonsumsi.
  • Tetap Aktif: Olahraga ringan seperti jalan kaki atau berenang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.


SisterTech.com Sister Tech 2024